Sabtu, 03 November 2012

Hari Pertama di Barcelona

Ehem, maka berikutnya adalah kisah saya di Barcelona hari pertama.

Melanjutkan kisah dari H-1 di artikel sebelumnya, malam itu saya tiba di apartemen pukul 23:58. Setibanya, saya berniat untuk ngenet sebentar, namun apa daya tubuh tidak dapat dibohongi. Tubuh saya yang sudah pegal-pegal dari padatnya acara kemarin langsung menuju ke ranjang secara spontan dan tertidurlah saya.

Saya sempat was-was jika saya akan ketiduran hingga siang hari. Penerbangan saya berangkat pada pukul 08:50 dari Eindhoven menggunakan Rya* Air. Tahu kan semuanya, kalau Rya* Air itu sudah tingkat tertingginya maskapai penerbangan yang tidak bisa diajak kompromi. Jika telat satu detik saja, anda tidak bisa naik pesawat. Bahkan, ada cerita teman saya bahwa dia gagal terbang karena tertahan di pengecekan tiket oleh pramugara/i Rya* Air sebelum menuju pesawat! GILA BENER.

Namun alhamdulillah, entah mengapa saya terbangun pukul 4 pagi. 4 pagi merupakan waktu yang pas untuk menyiapkan diri dan mengejar Metro serta bis ke bandara.

Setelah bangun, saya dikejutkan oleh berita dari tetangga saya di apartemen. Sebut saja namanya Resa. Resa adalah seorang wanita lulusan akademi desain pakaian di Singapura. Ia baru saja menyelesaikan sekolahnya dan sekarang berada di Rotterdam untuk mencari pengalaman magang dan, jika bisa, pekerjaan permanen. Resa baru saja pindah ke ruangan di samping apartemen saya, bekas seorang Cina bernama Jing. Oh ya, Resa orang Indonesia, sehingga membuat proporsi orang di apartemen saya menjadi 2 orang Indonesia hahaa.

Jadi rencananya Resa akan ikut saya ke Barcelona. Tiket pesawat sudah dibeli, hotel sudah dibooking, namun ternyataaaa...ia sakit. Dengan pertimbangan dan berat hati, Resa memutuskan untuk memulihkan kesehatannya terlebih dahulu di Rotterdam dan melewatkan lawatan ke Barcelona kali ini.

Maka setelah bangun jam 4 pagi itu saya bergegas untuk mandi dan merapikan barang bawaan saya untuk perjalanan 5 hari. Dengan kecepatan mirip kilat, jam 5 saya sudah siap untuk pergi ke Metro yang akan membawa saya ke Rotterdam Blaak, yang dimana dari situ saya akan menggunakan kereta api untuk menuju Eindhoven. Namun kemudian muncullah masalah lainnya...saya belum mencetak tiket pesawat! Anda tahu Rya* Air adalah maskapai yang murah tapi juga pelit, jika anda menuju loket melapor Rya* Air di bandara tanpa cetakan tiket, anda akan dikenakan biaya tambahan pencetakan tiket yang kabarnya mencapai 25 Euro!

Pagi itu bertambahlah masalah saya lagi. Di sisi lain saya harus mengejar kereta api ke Eindhoven pukul 05:30 dari Blaak, sementara saya pun harus nimbrung printer seseorang untuk mencetak tiket. Kepala saya langsung berputar dengan cepat, dan saya langsung membuka hape serta mengganggu anak-anak yang sedang terlelap tidur hahaa. Untungnya ada mereka yang rajin bangun pagi sehingga saya terselamatkan dengan nimbrung mencetak tiket di tempat mereka hahaa.

Selesai mencetak waktu telah menunjukkan 05:53. Saya pun harus mencari kereta lain ke Eindhoven. Untungnya jadwal lain pukul 06:13 ke Eindoven, sehingga saya tidak begitu khawatir untuk perjalanan ke Eindhoven. Maka saya pergi ke Rotterdam Blaak dan naiklah kereta api menuju Eindhoven.

Sesampainya di Eindhoven, saya harus berganti moda transportasi untuk mencapai bandara. Pilihan saya jatuh ke bis, dengan alasan yang sangat simpel yaitu irit hahaa. Setelah menunggu beberapa saat, datanglah bis khusus di terminal Eindhoven yang akan membawa saya dan penumpang lainnya menuju bandara.

Perjalanan di bis tidak menghabiskan waktu lama. Namun, dikarenakan berbagai hal yang menghiasi pagi saya yang cerah itu, saya mencapai bandara pukul 07:55, waktu yang sungguh sangat mepet dengan penerbangan saya karena pesawat saya terbang pukul 08:50 sementara saya belum melapor ke meja Rya* Air di bandara. Begitu turun dari bis langsunglah saya berlari menuju meja Rya* Air untuk melapor. Dengan dibantu trik melas, saya berhasil mempercepat proses pengesahan (mencocokkan identitas di tiket dengan kartu pengenal dan wajah yang melapor) hahaa. Ketika proses pengesahan usai, jam menunjukkan pukul 08:22, sekali lagi waktu yang mepet bagi saya untuk segera naik ke pesawat.

Untungnya, antrian menuju ke pesawat tidak begitu padat. Dengan cekatan (baca: tidak terkena masalah) saya berhasil melewati pos pengecekan Rya* Air dan segera menuju ke pesawat.


Pesawat Rya* Air tidaklah buruk-buruk amat. Gambarannya seperti Lio* Air, namun Rya* Air menggunakan armada Airbus. Ketika masuk pesawat, saya dikejutkan dengan pernyataan salah satu pramugara bahwa tidak ada alokasi tempat duduk, sehingga setiap orang bebas menduduki kursi yang kosong. Wah, rebutan nih, pikirku. Tapi ternyata penumpangnya tidak begitu ramai, sehingga saya dapat dengan santai dan mudah menemukan tempat duduk yang bakal asik di perjalanan: dekat jendela dan menghadap ke sisi kiri pesawat! Karena saya akan terbang dari Rotterdam ke Reus, di sisi kiri akan sering terlihat daratan, sementara sisi kanan akan lebih sering terlihat laut. Waktu saya datang sisi kanan malah masih banyak ada lowong, sementara sisi kanan nyaris terisi penuh hahaa

Akhirnya pesawat Rya* Air itupun lepas landas dengan cukup baik. Masih ada ketidakstabilan di penerbangan pesawat beberapa saat setelah lepas landas, namun menurut saya magnitusinya tidak begitu parah.

Beberapa jam setelah terbang, saya merasakan hawa yang sebelumnya sangat dingin berubah menjadi hangat. Saya melihat ke luar ternyata saya sudah disuguhi dengan pemandangan gunung. Ya, di Rotterdam tidak ada pemandangan gunung, karena tanahnya relatif rata dari ujung ke ujung. Di Spanyol, namun semuanya berbeda. Anda bisa melihat gunung bahkan ketika anda berada di dalam kota. Tetapi yang paling penting adalah hawanya hangat, serasa di Indonesia xD



Sampai di Barcelona!

Daan mendaratlah saya di bandara Reus. Bandara Reus tidaklah ramai dan hanya melayani maskapai Rya* Air saja, sejauh yang saya lihat. Jika ingin dibandingkan, dari landasan pacu, bandara Reus bagaikan bandara Abdurrahman Wahid.


Peta Tarragona, salah satu kota turis
Masuk di bandara, saya bertanya di pusat informasi tentang bis ke Barcelona. Ternyata, bis dari bandara berangkat pukul 13:15, padahal saya sudah berada di bandara jam 10:30. Daripada menunggu lama, saya memutuskan untuk mengambil bis ke pusat kota Reus terlebih dahulu dan pergi menuju ke Barcelona menggunakan kereta dari sana.

Kota Reus bukanlah kota yang paling ingin dituju oleh turis. Di sana sungguh sepi, dan sejauh yang saya lewati, hanya terdapat sebuah monumen cukup unik yang pantas untuk dijadikan tempat bersinggah sementara. Saya pun langsung pergi ke stasiun dan membeli tiket ke Barcelona seharga 8 Euro.

Perjalanan ke Barcelona menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Saya akhirnya tiba di Stasiun Sants Barcelona, stasiun pusat kota Barcelona. Stasiunnya sungguh besar dan juga menjadi pusat perbelanjaan selain berfungsi sebagai stasiun. Bahkan ada toko pernak-pernik klub bola Barcelona hahaa


I know you know what this is
Karena saya masih memliki waktu sebelum bertemu dengan teman seplesiran saya pukul 3 sore nanti, saya memutuskan untuk berputar-putar dahulu di sekitar Sants. Yang cukup menarik di benak saya adalah betapa miripnya tata kota Barcelona dengan Solo. Barcelona memiliki jalan protokol yang dicabangi oleh jalan-jalan kecil.

Sudut kota Barcelona
Tidak beberapa lama, saya bertemu dengan Mario Bros (nama disamarkan haha), teman seplesiran saya kali ini. Kami pun segera menuju ke tempat kami akan menginap, Hostel Elkano, di daerah Poble Sec.

Perjuangan kami mencapai Hostel Elkano tidaklah mudah. Kami sempat kesasar beberapa kali sebelum bertanya dengan seorang senior yang kemudian dengan baik hati menunjukkan pada kami arah menuju hostelnya. Hostel Elkano sendiri berbentuk seperti apartemen atau mungkin bisa dikatakan seperti guest house. Bagian dalamnya pun ditata menyerupai guest house, dengan meja resepsionis seadanya yang terletak di dekat kamar kami. Kami sangat tertolong dengan adanya meja resepsionis dekat kamar kami, karena resepsionis buka selama 24 jam dan berarti barang bawaan kami mendapat penjagaan ekstra.

Seusai menaruh barang bawaan di dalam kamar, kami pergi jalan-jalan menyusuri kota Barcelona. Arah jalan kami adalah menuju La Rambla--pusat perbelanjaan kota Barcelona. Hostel kami berlokasi cukup dekat dengan La Rambla, hanya sekitar 15 menit berjalan, dan merupakan salah satu pertimbangan kami untuk berdomisili di sana. Di perjalanan kami bertemu banyak pemandangan menarik yang tidak kami temui di Rotterdam dan kami menyempatkan diri untuk mengabadikan momen tersebut.


Gaya dikit tak apalah haha



La Rambla, jalan yang tak pernah sepi

Sesampainya di La Rambla, jalan sudah sangat disesaki turis. Banyak turis mancanegara yang datang, karena malam ini adalah malam Sabtu, waktu di mana orang-orang umumnya pergi berlibur.


Depan tempat wisata Barcelona
Di bawah lampu Neon

Sekembalinya berjalan-jalan di La Rambla, waktu sudah menunjukkan pukul 22:30. Kami menaiki Metro terdekat dari La Rambla, yakni Metro Cataluna, ke arah Poble Sec. Sesampainya di Poble Sec, kami ingin kembali ke hostel namun...kami lupa jalannya! Jadilah kami berputar-putar daerah Poble Sec dengan tanpa arah. Hal ini diperparah dengan tata kota Barcelona yang membuat tiap gang sama persis dengan gang lainnya, sehingga kami semakin pusing dibuatnya. Untungnya Barcelona adalah kota yang ramai sepanjang malam, bahkan di jalanan masih banyak mobil dan motor berlalu lalang. Kami dapat menemukan banyak orang lokal berkeliaran di jalan, entah itu hanya sekadar bersenda gurau ataupun kopi darat. Kami pun menanyakan arah ke Hostel Elkano pada salah satu dari mereka dan akhirnya kami dapat menemukan rumah kami kembali.



Sudut kota lagi

Jarum telah menujuk ke angka 12. Kami tiba di hostel pukul 24 lebih. Eh, harusnya cerita ini masuk di artikel hari kedua yah :p. Maka segeralah kami beristirahat, memulihkan tenaga untuk sebuah rencana perjuangan besar keesokan harinya: Mengunjungi Sagrada Familia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment here. Thank you!